Minggu, 31 Januari 2016

KANFAS SEMESTA



Pernah suatu ketika aku melihat sebuah lukisan besar pada sebuah pigura, lukisan di atas kanfas itu abstrak, perlu pemahaman dan cita rasa seni yang tinggi untuk memahami pesan dan makna yang ingin disampaikan. Banyak coretan di sana-sini, begitupun aneka warna yang saling berlomba menarik perhatian para penikmat seni untuk menangkap setiap sudut keindahan dari kombinasi warnanya, keindahan desainnya dan makna filosofisnya. Sedangkan mereka yang tak memiliki jiwa seni akan menganggap bahwa itu hanyalah coretan2 yang tak teratur serta tak memiliki pesan apa2 selain warna-warni yang yang saling menumpuk, seakan berebut tempat untuk eksis dengan identitasnya masing-masing.

Seperti itu juga alam semesta, ia layaknya sebuah lukisan. Terdapat berbagai macam ciptaan dari jasad renik yang hanya mampu diamati dengan mikroskop sampai benda raksasa yang beratnya sampai berjuta-juta ton. Ada yang paling dekat dengan diri kita yaitu bakteri2 yang dititipkan Tuhan di jasad kita sampai benda-benda angkasa yang hanya mampu diamati dengan bantuan alat pengamat benda angkasa. Belum lagi ciri, desain dan perilaku yang melekat pada setiap ciptaan yang menjadi identitasnya. Layaknya coretan-coretan abstrak yang dilukis di sebuah kanfas maha besar yang sarat akan makna. Bagi orang tak berakal hal itu hanyalah sekumpulan fenomena yang tak bermakna apa-apa selain kebetulan-kebetulan yang ada di sekeliling kita, bahkan di dalam diri kita. Namun bagi kaum berakal akan menjadikan rasionya sebagai lokus yang menggambarkan citra semesta secara utuh lengkap dengan makna yang terkandung dalam kanfas semesta. 

Bagaikan lukisan yang teramat luas sehingga untuk memahaminya secara utuh perlu sebuah cermin cembung raksasa untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh Sang Pelukis Semesta, namun dalam hal ini cermin cembung itu tidak di luar tapi di dalam diri kita, lebih tepatnya bersama diri kita. itulah rasio kita Tinggal kita mau menggunakannya atau tidak.

Gedung Pasca Sarjana UMI lt. 4
Minggu, 31 Januari 2016

~. Abdul Ajiz Siolimbona .~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar