Sabtu, 26 Maret 2016

BUDAYA LOKAL DITENGAH PUSARAN ARUS GLOBALISASI


Assalamualaikum & salam perjuangan sang calon revolusioner zaman...
Izinkanlah kutuangkan sedikit kegelisahanku padamu, untuk sekedar membuatku lega karena telah meyampaikannya padamu tentang sikapku terhadap zaman yg semakin lama semakin mengkhawatirkan. Saudaraku sebangsa dan setanah air...
Bangsa Indonesia kini telah terseret dalam kencangnya arus zaman yang arahnya kian sulit untuk dikendalikan. Ditengah kencangnya arus zaman itu bangsa ini ternyata belum mempunyai benteng yang kokoh untuk memproteksi berbagai dampak negatife yang akan terjadi akibat dampak globalisasi yangg sarat dengan sejumlah kepentingan barat sehingga orang-orang mengatakan bahwa jika terjadi globalisasi maka sudah dipastikan bahwa agenda westernisasi (Membarat-baratkan) suatu negara pun menjadi agenda wajib karena westernisasi adalah substansi dari globalisasi itu sendiri.
Ideologi bangsa yg belum dijiwai kian memperparah nasib anak negeri sebagai target  dari program globalisasi dan westernisasi tersebut. Terlalu lama negara ini berjibaku dalam perang ideologi yg akhirnya menggiring kita pada kondisi yg saya sebut “Persimpangan Peradaban”. Masyarakat Indonesia yang mendeklarasikan dirinya sebagai pengusung pancasila pun belum mampu menjadikan pancasila sebagai nafas kehidupannya yg mampu menjawab semua permasalahan dalam berbangsa dan bernegara. Sementara itu sebagian rakyat di negeri ini menganggap bahwa Ideologi sosialisme-lah yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaan, yaitu merdeka dari segala bentuk penjajahan, baik dalam segi sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, politik dan berbagai segi kehidupan lainnya. Di sisi lain ada para kaum kapitalis (kaum pengusaha besar) yg asyik dalam kehidupannya yg penuh dengan sistem kapitalistik yg sudah jelas menghisap darah rakyat dengan monopoli ekonominya.
Kebudayaan sebagai Identitas.
Modernisasi sebagai bagian dari instrument globalisasi telah menghantarkan manusia untuk melakukan inovasi di segala bidang demi kemudahan hidupnya, tak terkecuali inovasi di bidang informasi dan teknologi (IT). Namun perlu disadari bahwa kemajuan teknologi informasi yg telah dicapai saat ini bagaikan “bola liar”, sehingga jika tidak dikendalikan dengan baik maka akan berdampak buruk bagi kehidupan umat manusia baik sekarang maupun di masa akan datang. Tapi sayang sampai hari ini kemajuan IT itu sendiri secara global telah memakan korban yg makin lama kian bertambah, tak terkecuali di Indonesia sendiri. Untuk itu, diperlukan suatu instrument yang konstruktif agar mampu menghadapi kencangnya hempasan gelombang kemajuan IT tsb.Indonesia secara historis memiliki peradaban yg cukup maju di mata dunia sehingga seharusnya mampu menjawab permasalahan ini. Peradaban yg telah diwariskan oleh nenek moyang kita dari kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram, Gowa, kesultanan Ternate & Tidore dll., seharusnya dijadikan senjata ampuh yg mampu menyelamatkan anak bangsa dari efek radikal kemajuan teknologi dan Informasi (IT) yang terus memperkenalkan budaya barat yang kebanyakan bersifat destruktif. Opini publik terus di giring pada cara hidup yangg tidak lagi sesuai dengan falsafah hidup leluhur kita yg hidup pada zaman kerajaan dan kesultanan. Warisan budaya leluhur negeri ini yg lebih memanusiakan manusia kini perlahan tapi pasti telah mulai ditinggalkan. Budaya sopan santun, Sikap Jujur dan kesatria, kehidupan yg sederhana, berjiwa sosial yg tinggi serta berbagai norma-norma lainnya kini telah menjadi barang langka yg sulit ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini.
Konteks SBT
Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yg merupakan bagian dari elemen bangsa harusnya mampu merespon gejolak sosial yg terjadi dewasa ini. Sebagai daerah yangg kental dengan adat harusnya telah mempersiapkan diri dalam manghadapi serangan budaya destruktif yg setiap saat dapat mengancam kebudayaan anak negeri. Kearifan lokal masyarakat yg ada tetap di jaga dan dilestarikan sehingga selain melakukan langkah proteksi demi kelangsungan hidup ke depan, juga merupakan bentuk usaha untuk mempertahankan identitas sebagai masyarakat yang berbudaya. Tari-tarian daerah, Upacara adat, nyanyian rakyat, kerajinan rakyat, pakaian adat serta berbagai aset budaya lainnya seharusnya dipandang dengan sudut pandang bercorak filosofis yang mengajarkan tentang nilai-nilai humanisme (kemanusiaan) bukan sekedar barang-barang serta gerakan-gerakan yg tanpa makna. Sehingga masyarakat menjadi tersadarkan tentang pentingnya menjaga nilai-nilai humanisme dalam melakukan interaksi sosial seperti apa yg telah di lakukan oleh Leluhur di masa lalu. Penanaman Ideologi yang berbasis kultural sejauh ini merupakan metode yang cukup efektif untuk melakukan penyadaran dalam melakukan suatu perubahan, perubahan ke arah masyarakat yang berbudaya luhur serta sadar akan identitasnya sebagai masyarakat adat, sehingga nantinya tidak teralalienasi (terasingkan) dari kebudayaan sendiri yg lebih memanusiakan manusia. Perencanaan yg tersistematis perlu dilakukan untuk mencapai harapan-harapan itu sehingga upaya pelestarian kearifan masyarakat lokal ini dapat dilestarikan ke pada seluruh generasi yg ada. Upaya memperkenalkan aset budaya ini perlu ditanamkan sejak dini mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Selain itu, upaya melestarikan kearifan masyarakat lokal juga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil karena menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun manca negara sehingga langkah ini merupakan sebuah alternatife dalam menjawab permasalahan daerah dalam berbagai segi seperti ekonomi, sosial (pengangguran), budaya, dll. Untuk itu diperlukan kesadaran bersama untuk merealisasikan apa yang cita-cita bersama tentang penyelamatan generasi dan upaya pembangunan ekonomi, sosial, budaya di bumi Ita Wotu Nusa yg kita cintai ini. Semoga keterbatasan pemikiranku ini bermanfaat bagi pembacanya.Wassalam & Salam Perjuangan…

PANCASILA BUKAN SLOGAN BELAKA

Sampai hari ini penyakit bangsa Indonesia masih sama sedari dulu; tak sadar kesaktian pancasila. Padahal Pancasila telah lebih dari 70 tahun mempersatukan anak bangsa yg jumlah suku dan bahasanya paling beragam di dunia ini. Lihatlah bagaimana timur tengah hari ini..! Mereka hidup dengan satu bahasa namun mereka berperang menggunakan bahasa yg sama, mereka bercumbu rayu dengan kekasihnya menggunakan bahasa yg sama namun mereka mengeluarkan sumpah serapah menggunakan bahasa yg sama pula.
Tapi tengoklah negeri ini, negeri yang memiliki berbagai warna bahasa dan budaya, dari aksen bahasa yg lugas, tegas dan pedas, sampai yang ayu, mendayu bahkan mengharu biru. Dari yang pakai koteka sampai yang menggunakan selendang dan menutup kepala.
Tapi lebih dari itu semua pancasila kita ini adalah ajaran tentang fitrah kemanusiaan yang mengajarkan kepemimpinan berdasarkan kemanusiaan yg adil dan beradab agar terwujud persatuan dan kesatuan yang berkeTuhanan yg Maha Esa. Pertanyaannya kenapa negara di timur jauh sana sering berperang atas nama agama? Mereka membunuh warga tak berdosa saat bekas sujud masih memerah di jidat mereka, saat lilin mereka masih menyala di altar pemujaan, mereka melakukan genosida saat bau dupa masih menyelimuti tubuh mereka...!!!
Itu karena yang mereka ingin capai dalam keberagamaan mereka hanyalah ritual saja, bukan nilai paling sakral dalam sebuah aktifitas spiritual. Mereka hanya mengucapkan kata dalam lantunan do'a tanpa memahami makna.
Namun Pancasila kita bukan slogan belaka...
Ajaran pancasila kita adalah apa yg dicita-citakan Sidharta Gautama, Lao Tse, Musa as., Isa as., sampai Muhammad SAW. Karena kita beragama bukan sebatas puji-puja, tak sedangkal pada upacara ritual semata tapi menancap hingga akar makna terdalam ajaran semesta.
Salam Peradaban...!!
Makassar, 26-3-2016
~.Abdul A. Siolimbona.~

Rabu, 16 Maret 2016

LENTERA AQAL

Manusia adalah makhluk yang multidimensi, Memiliki berbagai kecenderungan dalam dirinya. Terkadang ia bergerak mengikuti kecenderungan egonya dan tak jarang pula yang mengikuti kehendak aqalnya.
Layaknya bumi dan langit yang menjadi simbol Alam, maka seperti itulah manusia. Bumi di saat malam menjadi gelap gulita, maka muncullah bulan untuk menjadi petunjuk bagi penghuni bumi baik di darat maupun di laut. Di saat siang berganti matahari datang untuk menjadi penerang bagi setiap jengkal tanah yang disinarinya, memberikan energi dan kehidupan untuk semua makhluk di muka bumi.
Begitupun aqal sebagai simbol langit pada diri manusia yang menjadi penuntun dalam setiap langkah hidupnya, sedangkan egonya sebagai simbol bumi yang melambangkan kegelapan. Selama manusia menjadikan aqalnya sebagai penerang maka ia tak akan pernah tersesat meski berpuluh-puluh tahun ia menapaki jalan hidupnya, sebaliknya jika manusia hanya memperturutkan egonya maka ia akan tersesat atau bahkan tidak mengalami kemajuan dalam proses hidupnya sehingga tak jarang kita mendapati seseorang akan tetap berada pada kondisi jiwanya seperti berpuluh-puluh tahun yang lalu saat ia masih kecil atau belum ber-aqil baligh, sehingga jiwanya masih kekanak-kanakan dan cenderung melakukan sesuatu diluar aqal sehat.
Manusia-manusia yang menjadikan aqal sebagai penuntun hidupnya kualitas jiwanya akan semakin meningkat hari demi hari sehingga terkadang kualitas jiwanya melebihi kualitas fisiknya, fisiknya masih muda tapi jiwanya sudah matang dan hidup dalam kebijaksanaan. Sedangkan manusia-manusia yang menjadikan egonya sebagai panglimanya meskipun fisiknya sudah tua tapi jiwanya masih kerdil, sekali lagi masih kekanak-kanakan. Karena kualitas seseorang diukur dari kualitas jiwanya dan kualitas jiwa berbanding lurus dengan kualitas aqal maka semakin kuat nyala lentera aqalnya semakin berkualitas hidupnya.
Maka tak heran kita disuruh menuntut ilmu tanpa henti hingga kita masuk ke liang lahat. Agar kita mampu menerangi dunia dengan cahaya aqal.

Makassar, 02-02-2016

~.A. A. Siolimbona.~

MALINO, TUHAN DAN SEBUAH RENUNGAN

Jika Belanda memiliki Denhaag sebagai kota perjanjian damai, maka Gowa mempunyai kota damai yang bernama Malino. Kota ini menjadi saksi bisu pembicaraan damai antara dua kelompok yang pernah bertikai di Maluku beberapa tahun yang lalu.
Kota berjuluk kota kembang ini memang memiliki panorama dan kondisi alam yang sangat cocok untuk meredakan ketegangan yang menyulut api pertikaian. Itulah yang membuat saya kagum pada Tuhan. Dia menjadikan beberapa tempat memiliki kondisi geografis yang berbeda-beda yang menurut kesimpulan Ibnu Khaldun dalam bukunya "Muqaddimah" memberikan pengaruh terhadap watak dan karakter penduduknya.
Pada wilayah yang letak geografisnya pada daerah pesisir, dengan suhu yang panas akan mempengaruhi watak dari masyarakat yang berdomisili pada wilayah tersebut sehingga karakter masyarakatnya cenderung tempramen dan suka bersenang-senang. Begitupun sebaliknya pada wilayah yang iklimnya dingin watak masyarakatnya cenderung lebih tenang.
Namun itu hanya faktor X. Masih ada faktor lain yang yang letaknyapada internal seseorang dalam mempengaruhi watak dan perilakunya yaitu aqal yang berfungsi sebagai alat dalam mengukur baik-buruknya suatu tindakan. Aqal inilah yang akan dijadikan nahkoda dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Faktor Internal berupa Aqal ith akan menjadi dasar seseorang akan dihukum di akhirat atau tidak sehingga di hari akhir nanti seseorang tidak mengelak dengan mengatakan "Tuhan jangan siksa aku karena Engkaulah yang menciptakan dan menempatkan aku di daerah yang membuat aku menjadi beringas ketika hidup di bumi". Tuhan pun menjawab "memangnya Aqalmu itu tidak engkau gunakan? Atau engkau menganggapnya tidak boleh digunakan? Lalu untuk apa Aku menciptakannya?".
Tuhan itu selalu 'genius' dalam menyusun skenario. Dia membuat perbedaan tempat agar terjadi dinamika hidup manusia dengan berbagai karakternya, Namun tak lupa dia menjadikan Aqal untuk difungsikan sebagai alat pemersatu semua manusia ciptaanNya. Maka perjanjian Malino I & II adalah upaya mengajak orang-orang yang bertikai, untuk kembali menghargai hak hidup orang lain, mengajak kembali kepada tuntunan aqal bahwa berbeda tidak mesti saling membunuh.
Engkau seperti seperti dilepas di tengah hutan belantara, lalu Tuhan memberikan anda kompas sebagai alat untuk kembali ke rumah anda. Maka yang tidak menggunakannya adalah seburuk-buruknya Manusia.
Malino 11-02-2016
~. Abdul Ajiz Siolimbona .~

BUMI YANG DILIPAT

Live is process, mungkin kata itu tepat dalam menggambarkan proses hidup yang berjalan normal, karena sebuah proses tentu sangat mempengaruhi hasil yang nanti akan di dapat.
Di era yang serba modern saat ini kita sepertinya sudah sulit menemukan orang-orang normal yang berani berdarah-darah berjuang untuk mencapai sebuah hasil yang memuaskan. Kita hidup dimana teknologi memudahkan segala sesuatu. hal itu turut mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. kebanyakan manusia telah dibonsai oleh atribut-atribut keserakahan sehingga cenderung mengorbankan nilai dan prinsip hidup dalam mencapai segala keinginannya.
Aku adalah salah satu anak manusia yang membenci hal itu. Bagiku lebih baik berdarah-darah dalam usaha menaiki anak tangga kehidupan sehingga terbiasa menahan terpaan topan diujung perjalanan daripada mengkhianati proses yang hanya akan membuatku mudah tumbang ketika badai kehidupan menerjang.
Lika-liku kehidupan memang menyajikan berbagai rintangan, namun aku masih percaya pada kalimat penuh makna bahwa "hasil tidak pernah mengkhianati sebuah proses". Layaknya sebuah rumah yang dibangun dengan penuh kesabaran untuk menghasilkan pondasi yang kokoh dan tembok yang kuat maka setiap topan pasti akan siap dihadang.
Dunia ini butuh pejuang untuk memahami seni dalam menaklukkan hidup. dunia ini butuh renungan panjang dan usaha tanpa batas untuk melalui setiap kesulitannya. Dunia ini bukan bukan kertas yang dilipat sehingga tak ada jalan pintas yang membawamu pada puncak kesuksesan tanpa melalui anak tangga kehidupan.
Hidup yang tak direnungkan tak layak dijalani (Aristoteles)
Makassar, 13 Februari 2016
~. Abdul Ajiz Siolimbona .~

ANOMALI KEPEMIMPINAN

Kita seakan sengaja dikaburkan tentang konsep kepemimpinan agar mudah dipolitisir sesuai kehendak pihak yang ambisius. Kita sejak masih sekolah dasar hingga masuk bangku kuliah rasanya tak pernah diajarkan konsep kepemimpinan secara utuh, baik dalam hubungannya yang vertikal (manusia kepada Tuhan) ataupun yang horizontal (manusia kepada manusia).
Jika kedua hal itu disalahpahami karena disalah ajarkan maka beginilah nasib rakyat yang terombang-ambing ditelan badai argumen para politisi yang asik berselancar di atas ombak kebodohannya.
Jika kepemimpinan di negeri ini menyangkut kepemimpinan vertikal maka saya yakin tidak semua presiden sebelumnya layak menjadi pemimpin, tapi jika hanya kepemimpinan horizontal maka silahkan tanyakan kepada sejarah seberapa besar kemajuan telah mereka capai di tiap periode kepemimpinannya?!
Sekarang rasanya menjadi janggal ketika para manusia bersorban di negeri ini menyatakan bahwa dilarang memilih pemimpin (gubernur) non muslim di saat sejarah telah mencatat bahwa gubernur Jakarta yang ke 7 adalah seorang katholik dan saat itu tak ada suara sumbang untuk menolak kepemimpinan sang umat katholik tsb atas dasar perbedaan keyakinan. Dan ini kemunafikan terbesar dalam sejarah perpolitikan di Indonesia.
Bahkan mereka seperti merasa hampir punah disaat anomali kepemimpinan di Indonesia mendapatkan moment terbaiknya. Setelah era orde lama negara ini sekian lama dipimpin oleh empat orang pria dan seorang wanita yang semuanya berperawakan gemuk, namun kini setelah hadir pria kurus nan ceking itu mereka malah mencaci maki setiap senti langkah keputusannya.
Mereka yang terbiasa hidup dalam cumbu rayu para pemimpin dengan retorika yang meninabobokan mereka di atas pusara kejujuran kini seolah hampir mati dengan bahasa yang lugas, tegas, dan berasa terlampau pedas bagi pejabat berhati hewan buas namun berbulu hewan unggas.
Seakan-akan mereka lupa dengan sosok Bung Karno yang kata-katanya pun tak kalah keras jika sudah menyangkut harkat dan martabat rakyat yang tertindas, hingga Amerika pun Ia libas.
Maka tetaplah was-was agar dirimu tetap menjadi waras, karena hidup ini layaknya di laut lepas. Yang tak pandai membaca kompas, kan terhempas gelombang hingga tak berbekas


~. Abdul A. Siolimbona.~

Senin, 07 Maret 2016

NOTHING is USELESS

Segala sesuatu tidak ada yang diciptakan sia-sia. Segala entitas di muka bumi ini sejatinya keberadaannya memiliki maksud dan tujuan tertentu, bahkan sebiji gandum yang jatuh di tengah pematang sawah telah siap dimakan oleh makhluk pemakan biji-bijian yang hidup disekitar sawah tersebut.
"Tuhan tidak sedang bermain dadu", itulah kalimat yang sering dipakai sebagai antitesis terhadap teori "kebetulan" pada proses penciptaan Alam Semesta. Sehingga berdasarkan Teori ini segala sesuatu sudah diskenariokan, sudah disetting, sudah diatur.
Sesungguhnya upaya pengesahan LGBT adalah sikap yang menunjukkan masih adanya "fallacy" yang dialami oleh para 'Ilmuan Barat'. Mereka masih mabuk oleh Teori 'Bigbang' yang mengajarkan mereka bahwa bumi ada karena tabrakan benda-benda angkasa secara kebetulan, sehingga hal inilah yang membuat mereka keukeuh bahwa apa yang ada di alam ini bisa diutak-atik sekehendak hati, selanjutnya pada ranah sosiologis mereka menganggap "penyimpangan sex", " adalah fenomena yang sama sekali tidak memiliki dampak apa-apa terhadap kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Padahal manusia dengan segala organ yang dimiliki terdapat kebutuhan antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin yang lain. Sel ovum membutuhkan sel telur untuk dibuahi. Rahim diberikan karena kebutuhan perkembangan janin, begitupun payudara yang menjadi sumber makanan bagi sang calon anak. Beberapa hal yang dimilik perempuan tersebut tidak dimilik oleh laki-laki, namun lelaki diberikan segenap kelebihan secara fisik agar bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan dari gangguan keamanan demi keberlanjutan kehidupan janin di dalam rahim.
Secara psikologis sifat-sifat maskulin pada lelaki butuh penyeimbang yakni sifat-sifat feminim yang ada pada perempuan. Tuhan mendesain seperti itu agar terjalin rasa saling membutuhkan dan kemudian terjadi keseimbangan di muka bumi, dalam ajaran tao, jika terjadi keseimbangan antara yin dan yan akan terwujudlah Tao (keadilan).
Mewabahnya LGBT jelas akan mengancam umat manusia. Angka kelahiran akan menurun drastis sementara di sisi lain peperangan terus berkecamuk. Wabah penyakit terus meningkat sementara kelahiran menurun akibat sperma sudah bukan lagi menemukan rahim tapi anus, tempat feses akan keluar. Bahkan ada yang tidak bisa menghasilkan sperma untuk membuahi sel telur karena hubungan biologis bukan melibatkan Tono dan Tini tapi Tini dan Tiwi.
Poligami yang menjaga keberlanjutan regenerasi umat manusia dikecam, namun penyimpangan seksual dikampanyekan. Tanya kenapa?

Malino, 16-02-2016

.~Abdul A. Siolimbona.~

GENERASI SAKIT-SAKITAN JILID II

Sore itu matahari sepertinya sudah tak tahan tuk kembali ke peraduannya, langit menyembulkan rona merahnya, bagaikan sesosok wanita yang tersipu malu oleh tatapan pria yang baru dikenalnya.
seorang lelaki paruh baya masih berpacu dengan waktu, menyusuri setiap sudut tanah dengan ditemani dua ekor sapi yang membantunya membajak satu-satunya ladang sawah warisan orang tua. sepertinya ia tak memperdulikan deru mesin pabrik yang berdiri sombong tak jauh dari sungai yang membatasi desanya dan sebuah pusat perbelanjaan moderen di sebelahnya. Pak Arya adalah paman Anwar yang hidupnya sangat sederhana. satu petak sawah yang terletak di pinggiran desa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama isteri dan seorang anaknya. ia tampak cekatan memberikan komando kepada dua ekor gembalaan yang setia membantunya mengolah tanah agar siap ditanami keesokan harinya.
Tiba-tiba nampak dari kejauhan seorang pemuda berjalan di sela-sela rerumputan yang tumbuh menghijau nan lebat. tubuhnya yang lemah dan langkahnya yang lambat tak berhasil membunuh semangatnya tuk bertemu dengan paman yang sangat dirindukannya. Rupanya Anwar baru saja datang dari kota, ia tak mampu membendung keinginannya tuk menengok adik bungsu ibunya yang sudah setengah abad hidup dipinggiran kota sebagai petani sawah.
"Hai nak kapan kamu datang..?" langsung saja pak Arya menyambutnya dengan senyuman.
"Aku baru saja tiba. sesampainya aku di rumah, bibi memintaku untuk memanggil paman pulang, sudah hampir malam katanya..!!!" Anwar berusaha menjelaskan alasannya langsung menemui pamannya di sawah.
Pak Arya pun segera menyudahi pekerjaannya dan segera menyambut putra kakaknya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu. mereka kemudian menyempatkan diri bercengkrama di tepian sawah sambil mengistirahatkan otot-otot yang sudah sangat lelah menggerakkan tubuh kesana-kemari.
"Bagaimana keadaanmu nak...? tanya pak Arya kepada Anwar setelah sebelumnya keduanya berpelukkan sejenak untuk melepaskan rindu.
"Alhamdulillah pak, aku masih merasa baik-baik saja walaupun badanku masih lemah" jawab Anwar singkat.
"Baguslah, banyak istirahat nak. Silahkan duduk sebentar, paman sudah lama ingin ngobrol-ngobrol denganmu" pinta pak Arya.
Anwar yang masih menyimpan rasa penasaran terhadap bangunan besar yang baru dibangun di dekat desa pamannya pun segera menanyakannya pada pak Arya " bangunan apa itu pak...? tanya Anwar sambil menunjuk ke arah bangunan tersebut.
Pak Arya sudah bisa menduga keponakannya itu pasti baru melihat bangunan itu. sambil melepaskan topi jerami yang menutupi kepalanya ia pun menjawab " itu bangunan baru, pusat perbelanjaan" jawab pak Arya sambil menoleh ke Anwar.
"Oh pantesan aku baru lihat, tapi kok saya lihat tadi sungai di sekitar mall itu airnya mulai menguning ya Pak?" tanya Anwar keheranan.
Pak Arya yang masih dilumuri keringat tampak mengibas-ngibaskan topi ke arah badannya sejenak kemudian berusaha memberikan penjelasan.
"Air itu menguning karena limbah yang di buang oleh pabrik disebelahnya itu. limbahnya tidak diolah dulu sebelum di buang ke kali, banyak ikan-ikan yang mati keracunan." pak Arya kemudian melanjutkan " Mereka itu sudah terbalik tujuan hidupnya..!".
seketika kening Anwar nampak Menukik ke atas. " kok terbalik pak...? memangnya kenapa..? Anwar langsung mengejar dengan pertanyaannya.
Sambil tersenyum Pak Arya Menjawab " Kita ini kan diamanahkan untuk mengelola bumi beserta isinya, kita harus memanfaatkan Ilmu dan teknologi untuk kebaikan, bukan kerusakan" Pak Arya berusaha menjelaskan.
Anwar berusaha menyerap dan memahami kata-kata pamannya. sejenak suasana menjadi hening karena keduanya terdiam dalam pelukkan senja yang sudah hampir menghilang.
tiba-tiba Pak Arya melanjutkan, kali ini wajahnya tampak lebih serius " hidup mereka begitu rumit, selalu dihantui oleh keinginan-keinginan yang tak ada habisnya, mereka sudah tak mampu menguasai keputusannya. dikendalikan oleh mesin pencetak uang yang mereka cipta sendiri". Anwar langsung menyela " Mesin uang..?. Iya...!!! mall dan pabrik itu adalah mesin uang yang mereka ciptakan tapi kemudian tanpa mereka sadar mereka dikendalikan oleh apa yang mereka buat sendiri" jawab pak Arya mantap. setelah itu pak Arya menunjuk kedua sapinya " Nak lihat sapi milik bapak itu, aku pelihara sapi-sapi itu dari kecil sampai sudah besar begini, sekarang aku bisa mengendalikan mereka. aku bisa memerintahkan mereka kapanpun aku mau. aku lebih merdeka..!!! sedangkan mereka, waktunya sebagian besar mereka habiskan untuk mesin-mesin uang mereka, mereka tak bisa mengelak dari kondisi itu" kemudian Pak Arya menatap mata keponakannya yang sedari tadi terlihat begitu keheranan. namun tak lama kepala Anwar terlihat mengangguk-angguk seperti ada sesuatu yang baru ia sadari.
"Kini aku mengerti kenapa engkau bangga menjadi petani" sergah Anwar.
tanpa menunggu komentar dari pak Arya, Anwar menimpali " Rupanya paman merasa menjadi orang paling merdeka, makanya paman betah menekuninya". "ha..ha..ha..ha..kamu ini bisa aja, sudah ayo kita pulang. hari sudah mulai gelap" nanti bibi kamu khawatir lagi " Pak Arya berusaha menutup pembicaraan yang mengalir penuh kehangatan namun bermakna itu.
keduanya kemudian berjalan menyusuri jalan sempit diantara sawah-sawah menuju rumah Pak Arya. Anwar berusaha membantu pamannya membawakan berbagai perkakas yang dimiliki Pak Arya.
Semoga cerita di atas bisa memberikan kita sedikit kesadaran cara terbaik kita untuk hidup itu bukan mengenai seberapa mewah lingkungan yang kita tempati tapi seberapa banyak kita bisa tetap menjalankan tugas kita sebagai manusia di muka bumi
Makassar, 3-3-2016
~.Abdul A. Siolimbona.~

GENERASI SAKIT-SAKITAN

Di sebuah gang sempit kota metropolitan berjalan tertatih-tatih seorang pemuda yang terlihat sesekali mendekatkan telapak tangannya ke hadapan mulutnya. rupanya ia sesekali mengalami batuk berdahak yang sangat mengganggunya. nampak jelas keringat membasahi mukanya yang pucat meskipun terus diterpa terik matahari dan asap knalpot kendaraan yang sering ia jumpai ketika melewati beberapa sudut kota. ya Anwar adalah seorang pemuda yang sudah sepuluh tahun menderita Tuberkulosis (TBC). ketiadaan biaya membuatnya hanya pasrah saja menjalani sisa hidupnya dengan cara yang paling baik menurutnya.
Meskipun tubuh Anwar tak sehat lagi namun boleh jadi dialah orang yang paling bersemangat menjalani hari-harinya. suatu hari dia sempat menceritakan padaku tentang aktifitasnya dan kondisi tubuhnya yang berhasil menarik perhatianku. aku menghadangnya dengan pertanyaan saat tiba-tiba kami berpapasan sepulangnya aku membeli rokok. " apa yang kamu lakukan Anwar?" begitu cara sederhanaku membuka dialog kami. "kamu setiap hari aku lihat memungut sampah yang berserakan di sepanjang gang dan juga diselokan" aku melanjutkan.
sambil berusaha duduk di dekat sebuah karung yang kusam ia menjawab "aku ingin menjadi orang yang bisa melakukan kebaikan sebisa mungkin sebelum aku mati", saya jadi penasaran dengan orang ini. tanpa berpikir panjang segera kusergap dia dengan pertanyaanku "bagaimana caranya?". pandangannya kemudian menengadah ke langit, dengan perlahan ia menghembuskan nafasnya lalu kemudian melanjutkan
"meskipun hidupku tidak panjang lagi tapi aku ingin jiwaku tetap abadi sebagai orang yang telah berbuat baik untuk keselamatan orang lain". sambil membetulkan posisi duduknya di atas sebuah kayu lapuk ia berseloroh " aku dilahirkan di gang kumuh ini, orang-orang di sini tak tahu arti pentingnya hidup...!!!" "aku terserang penyakit ini karena lingkungan di sini sangat kotor. aku ingin tempat ini berubah, untuk itu setiap hari aku berkeliling membersihkan setiap sudut gang dan jalanan".
dia terlihat begitu mantap dengan pilihannya yang tentu tak membawa keuntungan apa-apa secara materil.
Terik matahari yg menerpa kami mulai menaikkan temperatur suhu tubuh, akupun segera pamit pada lelaki istimewa itu. tapi sebelum kami berpisah sambil berusaha bangkit dari duduknya dia sempat berujar " fisikku memang lemah dan wajahku pucat sehingga kamu dengan mudah bisa menebak kondisi tubuhku, tapi banyak orang disekitar kita yang jiwanya sedang sakit tapi tidak banyak yang tahu", ia kemudian mengambil karung yang sedari tadi menemaninya menyusuri gang-gang sempit dan kemudian melanjutkan nasehatnya padaku "meskipun hidup mewah dan berpendidikan tinggi tapi buang sampah sembarangan tandanya jiwa sedang sakit", ia menyeka keringat yang mulai mengalir di sela-sela matanya kemudian kembali melempariku dengan beberapa kalimat " yang paling berbahaya dari itu semua adalah orang yang suka memasukkan sampah ke pikiran orang...!!!" seketika aku dibuat kaget dengan proposisi kalimatnya, tapi sebelum keningku bertambah kerut ia melanjutkan "orang yang sering memasukkan sampah ke dalam pikiran orang lain adalah yang paling sering kita anggap normal, padahal mereka yang paling berbahaya bagi kehidupan. mereka menyuntikkan ajaran kekerasan, pembunuhan, pelecehan, kebebasan atas nama agama dan sains sehingga dunia ini semakin tercemari akibat kebencian dan peperangan" dia kemudian berjalan perlahanan ke ujung gang sementara aku terus menatapnya kosong, sampai akhirnya di tikungan sempit dia kemudian menghilang.

Makassar, 1-3-2016
~.Abdul A. Siolimbona.~


JADILAH EMBUN

Saya selalu yakin dan percaya bahwa alam ini bukan hanya terdiri atas trilyunan atom, tapi ada fenomena lain yang menjadi latar cerita dari tarian akbar jagad semesta. inilah pelajaran yang seharusnya mampu kita petik dari setiap alur gerak pada panggung mayapada.

Aku sampai saat ini begitu terpana dengan setiap skenario Tuhan pada setiap entitas di sekitarku, bahkan di dalam diriku. bagaimana tidak, hanya pada setetes embun kita dapat mereguk hikmah tentang ajaran kecintaan yang sungguh teramat tulus. kebeningannya seakan-akan sedang menertawakan berbagai ungkapan cinta manusia yang kebanyakan masih dibumbui oleh berbagai macam kotoran yang yang justeru mengurangi kadar kesucian cinta yang sedang mereka suguhkan.

Embun tidak pernah menyematkan identitasnya tentang jenis air apakah ia sebelumnya, proses yang dilaluinya telah membuatnya melepaskan sekat-sekat yang membuat dia berbeda dengan air lainnya. padahal bisa jadi sebelumnya setetes embun itu berasal dari danau-danau yang terletak di kaki gunung, dari mata air yang menyembul keluar dari balik-balik bukit, atau bahkan dari samudera yang terhampar begitu luas. mereka kemudian melepaskan jubah-jubah kesombongannya atas nama sekte-sekte pada air dan kemudian melebur dalam kemurnian air yang sesungguhnya di saat hari mulai menampakkan cahaya di pagi hari.

Bukankah itu ajaran yang teramat agung yang patut kita teguk?. saat ini kebanyakan manusia terlalu sibuk menegaskan identitas mereka kepada alam, identitas yang membuat mereka enggan untuk memberikan kehidupan kepada orang lain yang sedang sekarat dalam kesulitan yang tak pernah mereka mimpikan. Identitas yang membentuk sekte-sekte dan aksesoris-aksesoris sosial yang mereka anggap sebagai cara untuk menentukan nilai kehormatan seseorang dihadapan yang lainnya.

Padahal nilai kemanusiaan seseorang tidak pernah mengenal sekte-sekte itu sebagaimana embun tidak pernah menegaskan sekte-sektenya yang berasal dari balik bukit, kaki gunung atau hamparan samudera.

bisakah kita hidup dalam ketulusan? sekali lagi bukalah jendela anda di pagi hari, tengoklah pada rerumputan yang menghampar hijau dan mari kita belajar pada setitik embun di sana.

Makassaar, 8-3-2016

~.Abdul A. Siolimbona.~


Minggu, 31 Januari 2016

KANFAS SEMESTA



Pernah suatu ketika aku melihat sebuah lukisan besar pada sebuah pigura, lukisan di atas kanfas itu abstrak, perlu pemahaman dan cita rasa seni yang tinggi untuk memahami pesan dan makna yang ingin disampaikan. Banyak coretan di sana-sini, begitupun aneka warna yang saling berlomba menarik perhatian para penikmat seni untuk menangkap setiap sudut keindahan dari kombinasi warnanya, keindahan desainnya dan makna filosofisnya. Sedangkan mereka yang tak memiliki jiwa seni akan menganggap bahwa itu hanyalah coretan2 yang tak teratur serta tak memiliki pesan apa2 selain warna-warni yang yang saling menumpuk, seakan berebut tempat untuk eksis dengan identitasnya masing-masing.

Seperti itu juga alam semesta, ia layaknya sebuah lukisan. Terdapat berbagai macam ciptaan dari jasad renik yang hanya mampu diamati dengan mikroskop sampai benda raksasa yang beratnya sampai berjuta-juta ton. Ada yang paling dekat dengan diri kita yaitu bakteri2 yang dititipkan Tuhan di jasad kita sampai benda-benda angkasa yang hanya mampu diamati dengan bantuan alat pengamat benda angkasa. Belum lagi ciri, desain dan perilaku yang melekat pada setiap ciptaan yang menjadi identitasnya. Layaknya coretan-coretan abstrak yang dilukis di sebuah kanfas maha besar yang sarat akan makna. Bagi orang tak berakal hal itu hanyalah sekumpulan fenomena yang tak bermakna apa-apa selain kebetulan-kebetulan yang ada di sekeliling kita, bahkan di dalam diri kita. Namun bagi kaum berakal akan menjadikan rasionya sebagai lokus yang menggambarkan citra semesta secara utuh lengkap dengan makna yang terkandung dalam kanfas semesta. 

Bagaikan lukisan yang teramat luas sehingga untuk memahaminya secara utuh perlu sebuah cermin cembung raksasa untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh Sang Pelukis Semesta, namun dalam hal ini cermin cembung itu tidak di luar tapi di dalam diri kita, lebih tepatnya bersama diri kita. itulah rasio kita Tinggal kita mau menggunakannya atau tidak.

Gedung Pasca Sarjana UMI lt. 4
Minggu, 31 Januari 2016

~. Abdul Ajiz Siolimbona .~

Kamis, 28 Januari 2016

Gerakan Mahasiswa Dalam Tantangan Zaman

Indonesia sebagai sebuah  negara yang telah beberapa kali mengalami gejolak sosial sampai hari ini terus mencari bentuk idealnya, hal ini penting untuk menciptakan kestabilan sosial demi terwujudnya kehidupan masyarakat yan lebih baik dimasa yang akan datang. Beberapa dinamika sosial yang selama ini terjadi tidak bisa dilepaspisahkan dari peran beberapa elemen masyarakat yang turut memberikan andil dalam setiap perubahan sosial (social exchange) yang terjadi, termasuk di dalamnya mahasiswa.

Memisahkan mahasiswa dari setiap dinamika sosial yang terjadi di Indonesia adalah seperti memisahkan gerak sejarah dari lokomotif yang menggerakan roda sejarah itu. Thomas Carlyle pernah menyatakan bahwa sejarah peradaban manusia adalah biografi orang-orang besar, maka dalam konteks Indonesia, sejarah Indonesia merupakan biografi pergerakan mahasiswa Indonesia. hal ini ditandai dengan besarnya  peran mahasiswa dalam setiap momentum-momentum penting perubahan sosial di Indonesia.

Namun belakangan gerakan mahasiswa seperti telah kehilangan efektifitasnya terhadap problematika kebangsaan. Gerakan mahasiswa kekinian telah mengalami pergeseran format dan tujuan idealnya. hal ini mulai terjadi pasca terjadinya gerakan reformasi tahun 1998 yang berhasil menumbangkan Suharto dari kursi kekuasaannya yang telah ia duduki selama kurang lebih 32 tahun. 

Ini tentu menjadi peringatan keras bagi segenap elemen bangsa akan pentingnya menata kembali format gerakan sosial, utamanya yang dilakukan oleh mahasiswa sehingga fungsi pengawalan (agen of control) bisa tetap berjalan dengan baik dalam agenda pembangunan baik infrastruktur maupun suprastruktur. 

Ketika mahasiswa sudah tak mampu lagi melakukan rekayasa sosial (social enginering) maka itu menjadi alarm bahwa bangsa ini telah kehilangan element controlnyayang dikatakan oleh bung Karno sebagai “penyambung lidah rakyat”. gerakan mahasiswa hari ini terlalu mudah disusupi oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan ketajaman nalar kritis mahasiswa. 

Sedangkan para mahasiswa sendiri membangun gerakan tanpa basis ideologi yang utuh baik dari sudut pandang epistemologis maupun sudut pandang aksiologis. Sehingga yang terjadi gerakan mahasiswa adalah gerakan tanpa “master plan” yang cenderung bersifat seremonial belaka.

Anarkisme dan brutalisme saat ini dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari setiap gerakan mahasiswa sehingga alih-alih mendapatkan simpati dari masyarakat, justru menuai kebencian dan antipati. Hal ini tentu menjadi anti klimaks dari sejarah panjang gerakan mahasiswa di Indonesia yang membawanya berada pada titik nadir terendah sepak terjang mahasiswa indonesia dalam konteks kebangsaan. Untuk itu perlu dilakukan penataan kembali (reformasi) gerakan mahasiswa sehingga bisa terus menjadi agen perubahan (agen of change) dan agen pembangunan (agen of development).

PERUBAHAN INTERNAL

Setiap agen perubahan haruslah memiliki seperangkat ideologi yang diperjuangkan, yang menjadi lokus sentrum gerakan dan spirit perjuangan. Ideologi yang diperjuangkan haruslah berupa sekumpulan nilai-nilai praktis yang cocok dan bisa diterima oleh segenap masyarakat Indonesia tanpa adanya diskriminasi kelas, suku dan agama sehingga bisa dikatakan bahwa nilai yang diusung dalam setiap jejak langkah seorang mahasiswa revolusioner haruslah bersifat humanis. Jika ideologi suatu perjuangan berupa nilai-nilai yang sektarian, diskriminatif, ekslusif,  dan bersifat elitis maka akan manuai penolakan dan akhirnya hanya akan menyulut konflik baru yang justeru merusak tatanan sosial yang telah ada.

Selain itu bentuk gerakan mahasiswa yang bertujuan untuk mewujudkan perubahan yang konstruktif ditengah masyarakat haruslah disesuaikan dengan tuntutan zaman. Saat ini gerakan perubahan sudah tidak relevan jika masih menggunakan cara-cara konvensional yang sudah tidak cocok untuk digunakan pada kondisi kekinian, sebagai contoh jika dulu sebelum reformasi bahkan sampai beberapa tahun belakangan ini gerakan mahasiswa cenderung menggunakan metodeyang konfrontatif sehingga tak jarang terjadi chaos yang berujung pada benturan-benturan fisik, maka saat ini gerakan mahasiswa sudah harus mencari bentuknya yang baru yaitu cara yang sifatnya partisipatif dan dialogis. 

Apalagi dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) di tahun 2016 ini maka peran mahasiswa kini menjadi lebih berat lagi yakni melakukan langkah-langkah edukasi terhadap masyarakat agar bisa menghadapi gelombang ekspansi pasar dari luar secara tepat dan bijak. Jika format gerakan yang terus dipakai adalah bersifat konfrontatif serta ekslusif dari masyarakat maka justeru akan menuai kebencian dari masyarakat sehingga akan menjauhkan mahasiswa dari cita-cita ideologisnya.

Langkah-langkah edukasi yang bisa dilakukan adalah gerakan perubahan paradigmatik melalui, penulisan buku atau artikel-artikel yang bisa disebarkan melalui berbagai media, baik media sosial, media cetak maupun media elektronik. Selain itu gerakan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat juga bisa menjadi salah satu format gerakan melalui berbagai macam pelatihan dan seminar serta dialog terbuka dengan masyarakat sehingga bisa menjadi bekal dalam menghadapi persaingan industri terbuka Mayarakat Ekonomi Asia (MEA).

PERUBAHAN EKSTERNAL  

Secara eksternal mahasiswa harus diberikan keleluasaan dalam memproduksi gagasan dan ide-ide kreatif sampai ada tingkat pengaplikasiannya, tentu hal ini mensyaratkan kondisi lingkungan akademik yang mendukung proses tersebut. Untuk itu proses pengekangan terhadap kreatifitas mahasiswa dengan ancaman Drop Out (DO) tentu sudah harus diganti karena hanya akan mematikan kreatifitas mahasiswa yang menjadi tumpuan pembangunan bangsa di masa yang akan datang.

Proses penyelenggaraan pendidikan di indonesia khususnya pendidikan tinggi hari ini masih bersifat “robotik” yaitu sistem pendidikan yang mengekang kebebasan berpendapat dan berkreasi yang justeru  jauh dari cita-cita pendidikan yakni memanusiakan manusia yang hakikatnya adalah merdeka, apalagi ditambah konten perkuliahan yang sangat minim berisi tentang ajaran-ajaran nasionalisme dan kebangsaan. 

Salah satu bentuk pengekangan itu adalah dengan menerapkan sistem DO berdasarkan durasi waktu tertentu selama masa perkuliahan, Sistem DO ini tentu menjadi ancaman bagi setiap mahasiswa yang ingin mengasah nalar kritis dalam sebuah organisasi dan perkumpulan-perkumpulan kemahasiswaan melalui forum-forum diskusi maupun dialog dan seminar serta pelatihan-pelatihan lainnya. Sistem pendidikan tinggi harus memberikan ruang yang cukup bagi mahasiswa untuk mengasah bukan saja kemampuan kognitif, tetapi juga harus mengasah kemampuan afektif dan juga psikomotorik.

Keberadaan lembaga-lembaga mahasiswainternal kampus selama ini dianggap belum efektif dirasakan manfaatnya jika mahasiswa masih dikekang untuk menyampaikan aspirasinya, atau masih dibatasi ruang geraknya melalui sistem DO sehingga berdampak pada hilangnya kepekaan sosial (social sensor) mahasiwa terhadap dinamika kebangsaan.  Masa depan bangsa ini ada di tangan generasi muda yang punya kepekaan sosial yang tinggi terhadap masyarakat, yang punya semangat nasionalisme yang sensitif terhadap fenomena disekitar mereka, dan kreatif dalam menyusun gagasan sebagai solusi terhadap setiap problematika bangsa. 

Pada majalah WASITA edisi desember 1928 jilid 1 no. 3 Ki Hadjar Dewantara menuliskan ”Pengajaran nasional itulah pengajaran yang selaras dengan penghidupan bangsa (maatschappelijk) dan kehidupan bangsa (cultureel). Kalau pengajaran bagi anak-anak kita tidak berdasarkan kenasionalan, sudah tentu anak-anak kita tak akan mengetahui keperluan kita, lahir maupun batin; lagi pula tak mungkin anak-anak itu mempunyai rasa cinta bangsa dan makin lama makin terpisah dari bangsanya, kemudian barangkali menjadi lawan kita”.

Inilah sistem penidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang bersifat Humanistik yang mampu berperan sebagaimana yang contohkan oleh bapak-bapak pendiri bangsa yang masa studinya tidak menghalangi mereka memproduksi gagasan-gagasan bangsa yang menjadi spirit bagi rakyat untuk berjuang melawan penindasan, bahkan mereka ikut turun ke medan juang demi melawan penjajahan. (tulisan ini pernah diterbitkan oleh Bone Pos edisi Senin, 25 Januari 2016.

oleh : Abdul Ajiz Siolimbona

Senin, 25 Januari 2016

PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM PESISIR


Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Pengelolaan wilayah peisisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya, kegiatan pemanfaatan  (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi : sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.
Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada kordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah terpadu (horizontal integration) ;  dan antar tingkat pemerintah dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten propinsi, sampai tingkat pusat (vertical integration).
Seperti diuraikan diatas, bahwa wilayah pesisir pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem (mangroves, terumbu karang, estuaria, pantai berpasir, dan lainnya) yang satu sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah yang terdapat di lahan atas maupun laut lepas. Kondisi empiris semacam ini mensyaratkan bahwa pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu (PWLT) harus memperhatikan segenap keterkaitan ekologis tersebut, yang dapat mempengaruhi sauatu wilayah pesisir.
Mengingat bahwa suatu pengelolaan terdiri dari tiga tahap utama : perencanaan, implemantasi, omintorong, dan evaluasi, maka jiwa/nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota. 

Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan dimana batasnya dapat didefinisikan baik dalam konteks struktur administrasi pemerintah maupun secara ekologis. Batas ke arah darat dari  wilayah pesisir mencakup batas administratif  seluruh desa (sesuai dengan ketentuan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan otonomi Daerah, Depdagri) yang termasuk dalam wilayah pesisir menurut Program Evaluasi Sumber Daya Kelautan (MERP). Sementara batas wilayah ke arah laut suatu wilayah pesisir untuk keperluan praktis dalam proyek MERP adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dengan skala 1:50.000 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), (Dahuri dkk.,1996).

Untuk dapat mencapai tujuan yang didinginkan dalam pengelolaan dan pemanafaatan serta menjaga keberlangsungan sumberdaya yang ada di wilayah pesisir, maka hal yang mutlak diperlukan adanya pedoman pengelolaan untuk setiap komponen  ekosistem wilayah di pesisir. Untuk itu dalam bab ini akan diuraikan setiap permasalahan yang ada disetiap komponen ekosistem serta pedoman yang akan digunakan dalam pengelolaannya.

       Ekosistem Terumbu Karang
      a.Permasalahan
         Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal, seperti paparan benua dan gugusan pulau-pulau diperairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi yang lancar serta terhindar dari proses sedimentasi.
Oleh karena itu, ekosistem terumbu karang serta biota yang berasosiasi dengan terumbu karang tersebut sangat sensitif terhadap berbagai hal seperti : (1) aliran air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan nilai salinitas perairan; (2) beban sedimen yang dapat mengganggu biota yang mencari makan melalui roses penyaringan (filter feeding); (3) suhu ekstrim, yaitu suhu diluar batas suhu toleransi terumbu karang; (4) polusi seperti biosida dari aktifitas pertanian yang masuk ke perairan lokal; (5) kerusakan terumbu, seperti yang diakibatkan oleh badai siklon dan jangkar perahu; dan (6) beban nutrien yang berlebihan yang menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme koral atau timbulnya blooming dari fitoplankton yang dapat menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga tingkat fotosintesis dari koral menjadi menurun. 


b.      Pedoman Pengelolaan
      Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam memperbaiki sendiri bila terjadi kerusakan dan memperbaharui bagian yang rusak, bila karakteristik habitat dari berbagai macam formasi terumbu karang dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terpelihara dengan baik. Namun bagaimanapun juga, tekanan terhadap keberadaan terumbu karang banyak diakibatkan oleh kegiatan manusia, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah prefentif. Hal tersebut merupakan hasil dari kegiatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang baik dengan cara mengidentifikasi tingkat kerawanan dari terumbu karang. Beberapa langkah pengelolaan terumbu karang dapat dilakukan seperti yang ada di bawah ini :

1.  Jangan melakukan pengerukan atau aktifitas lainnya yang menyebabkan teraduknya sedimen sehingga membuat air menjadi keruh. Jika hal ini tidak memungkinkan, maka upaya-upaya untuk menahan sedimen perlu dilakukan (misalnya penyaringan sedimen) dan melakukan program monitoring sebagai tindak lanjut dari peraturan kegiatan penambangan untuk mendapatkan standar kualitas air yang dapat diterima.

2.  Hindarkan pencemaran dan peningkatan nutrien ke dalam ekosistem terumbu karang. Penempatan lokasi industri yang jauh dari zona terumbu karang  dapat meminimalkan resiko terjadinya pencemaran. Demikian pula pembuangan limbah cair di tengah laut tidak diizinkan karena dapat mempengaruhi areal terumbu karang. Pengecualian apabila industri yang dimaksud melakukan pengelolaan limbah, kolam pengendapan dan pendinginan untuk kemudian dibuang di tengah laut dan saluran pembuangan.

3.      Hindari perubahan suhu air di luar ambang batas. Untuk menjaga kisaran suhu yang dapat ditolerir, air buangan dengan suhu tinggi tidak boleh masuk ke areal terumbu karang. Penurunan salinitas terhadap terumbu karang. Penurunan salinitas terhadap terumbu karang diperburuk oleh limpahan air tawar pada waktu tertentu lebih tinggi dari air laut. Penampungan air limbah pada kolam-kolam pendingin hingga suhu mencapai ambang yang ditentukan merupakan salah satu solusi terhadap permasalahan ini.

4.  Melakukan pemantauan ekosistem terumbu karang untuk mengetahui perkembangan kondisi terumbu karang tersebut.

     Ekosistem Hutan Mangrove
a.      Permasalahan
         Mangrove dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dalam kondisi dimana terjadi penggenangan dan sirkulasi air yang menyebabkan pertukaran dan pergantian sedimen secara terus menerus. Sirkulasi yang tetap (terus menerus) meningkatkan pasokan oksigen dan nutrien, untuk keperluan respirasi dan produksi yang dilakukan oleh tumbuhan. Perairan dengan salinitas yang rendah akan menghilangkan garam-garam dan bahan-bahan alkalin, mengingat air yang mengandung garam dapat menetralisir keasaman tanah. Mangrove dapat tumbuh pada berbagai macam substarat (tanah berpasir, tanah lumpur, tanah lempung, tanah berbatu, dan sebagainya). Mangrove tumbuh pada berbagai jenis substrat yang bergantung pada proses pertukaran air untuk memelihara pertumbuhan mangrove.


      Secara umum hutan mangrove dan ekosistem mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan. Namun demikian, mangrove tersebut sangat peka terhadap pengendapan atau sedimentasi, tinggi rata-rata permukaan air, pencucian serta tumpahan minyak. Keadaan ini mengakibatkan penurunan kadar oksigen dengan cepat untuk kebutuhan respirasi, dan menyebabkan kematian mangrove. Perubahan faktor-faktor tersebut yang mengontrol pola salinitas substrat dapat menyebabkan perubahan komposisi spesies; salinitas yang lebih dari 90 ppt dapat mengakibatkan kematian biota dalam jumlah yang besar. Perubahan salinitas dapat diakibatkan oleh perubahan siklus hidrologi, aliran air tawar dan pencucian terus menerus seperti kegiatan pengerukan, bendungan dan penyekatan.
Permasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat mengrove bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi areal hutan mangrove menjadi areal pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersil, industri dan pertanian.

b.      Pedoman Pengelolaan
       Pada kondisi khas di zona pasang surut di daerah tropis, magrove mempunyai kemampuan untuk tumbuh dengan cepat, membentuk struktur hutan yang kompleks dan memiliki produktivitas yang tinggi. Namun ekosistem ini sangat sensitif terhadap faktor-faktor seperti sirkulasi air, salinitas dan aspek fisika-kimia dari substrat hidupnya. Konservasi ekosistem dan sumberdaya di dalamnya dapat dicapai dengan mencegah terjadinya perubahan-perubahan nyata dari faktor-faktor tersebut di atas. Penting untuk diperhatikan bahwa banyak hal yang dapat merubah faktor-faktor tersebut, berasal dari luar ekosistem mangrove. Karenanya, konservasi dan pemanfaatan mangrove tergantung sepenuhnya dengan perencanaan yang terintegrasi dengan mempertimbangkan kebutuhan ekosistem mangrove. Usulan pengembangan dan kegiatan insidentasi yang mempengaruhi ekosistem mangrove hendaknya mencerminkan perencanaan dan pengelolaan sebagai berikut :
1.    Peliharalah dasar dan karakter substrat hutan dan saluran-saluran air. Sebab substrat memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hutan mangrove. Proses-proses seperti sedimantasi berlebihan, erosi, pengendapan sampai perubahan sifat-sifat kimiawi (seperti kesuburan) harus dapat dihindari.

2. Jaga kelangsungan pola-pola alamiah; skema aktifitas siklus pasang surut serta limpahan air tawar. Untuk struktur pesisir dan pola pengembangan yang berpotensi untuk mengubah pola-pola alami tersebut, harus didesain untuk menjamin bahwa pola tersebut tetap terpelihara.

3.    Peliharalah pola-pola temporal dan spasial alami dari salinitas air permukaan dan air tanah. Pengurangan air tawar akibat perubahan aliran, pengambilan atau pemompaan air tanah seharusnya tidak dilakukan apabila menganggu keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir. Salinitas juga mempengaruhi komponen-komponen lainnya dalam wilayah pesisir termasuk manusia.

4.    Peliharalah keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah, erosi dan sedimentasi. Kegiatan di wilayah pesisir termasuk konstruksi sangat potesial untuk mengubah keseimbangan antara pertumbuhan dan erosi. Kegiatan seperti itu harus dievaluasi terutama potensi dampaknya terhadap hutan mangrove sebelum diimplementasikan.

5. Tetapkan batas maksimum untuk seluruh hasil penen yang dapat diproduksi. Kecenderungan saat ini adalah memaksimalkan hasil panen untuk mencapai keuntungan jangka pendek tanpa memperhitungkan keuntungan jangka panjang. Plotkan rencana kerja berdasarkan perencanaan yang mantap untuk menjamin keberlanjutan (kesinambungan) ekosistem.

6.      Pada daerah-daerah yang meungkin terkena dampak dari tumpahan minyak dan bahan beracun lainnya, harus memiliki rencana-rencana penanggulangan.

7. Hindarkan semua kegiatan yang mengakibatkan pengurangan (impound) areal mangrove. Penghentian sirkulasi air permukaan mengakibatkan kematian hutan mangrove.
    Ekosistem Padang Lamun
a.      Permasalahan
      Syarat dasar habitat padang lamun adalah perairan yang dangkal, memiliki substarat yang lunak dan perairan yang cerah. Syarat lainnya adalah adanya sirkulasi air yang membawa bahan nutrien dan substrat serta membawa pergi dan sisa-sisa metabolisme. Di beberapa daerah, padang lamun dapat tumbuh, namun tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak terlindung pada saat air surut. Karena membutuhkan intensitas cahaya yang cukup tinggi, padang lamun tidak dapat tumbuh di kedalaman lebih dari 20 m, kecuali perairan tersebut sangat jernih dan transparan.


     Permasalahan utama yang mempengaruhi padang lamun di seluruh dunia adalah kerusakan padang lamun akibat kegiatan pengerukan dan penimbunan yang terus meluas dan pencemaran air termasuk pembuangan limbah garam dari kegiatan desalinasi dan fasilitas-fasilitas produksi minyak, pemasukan pencemaran di sekitar fasilitas industri, dan limbah air panas dari pembangkit tenaga listrik. Kehilangan padang lamun ini hanya dicatat oleh nelayan setetmpat, karena tidak seperti mangrove dan terumbu karang komunitas padang lamun tidak nampak nyata.
   Berbagai jenis spesies padang lamun mengalami kerusakan akibat kegiatan reklamasi/penimbunan pantai baik untuk keperluan industri maupun pembangunan pelabuhan. Kegiatan reklamasi untuk keperluan perluasan industri dan pelabuhan telah mengurangi luas areal padang lamun. Hal ini seperti yang terjadi di Teluk Banten dimana telah mengurangi areal padang lamun seluas 25 ha. Hilangnya sebagian padang lamun ini akan mempengaruhi biota yang hidup dan mencari makan di ekosistem tersebut.
b.      Pedoman Pengelolaan
       Padang lamun dan hewan yang berasosiasi dengannya memiliki kemampuan alamiah untuk bertahan hidup dan hidup pada kondisi normal, atau sesuai dengan kondisi ingkungannya yang khas. Pedoman pengelolaan merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi tersebut. Oleh karena, tindakan-tindakan yang dilakukan di wilayah pesisir harus mempertimbangkan dan memasukkan pedoman-pedoman sebagai berikut :

1.   Pengerukan dan penimbunan harusnya dihindari pada lokasi yang didominasi oleh padang lamun. Apabila kegiatan seperti ini dilaksanakan pada areal yang berdekatan dengan lokasi padang lamun, sebaiknya dijaga agar tidak terjadi pengaliran endapan ke dalam lokasi padang lamun. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memasang penghalang lumpur dan dengan strategi pengerukan yang menjamin adanya mekanisme yang membuat sirkulasi air dan arus pasang surut dapat membawa endapan untuk menjauhi daerah padang lamun.

2.  Usulan pembangunan di wilayah pesisir (seperti pelabuhan, dermaga/jetty) yang mengubah pola sirkulasi air seharusnya didesain untuk menghindari atau meminimalkan setiap erosi atau penumpukkan di setiap erosi atau penumpukkan di sekitar daerah padang lamun. Struktur desain yang nyata seharusnya didasarkan pada keadaan lokal yang spesifik.

3.   Prosedur pembuangan limbah cair seharusnya diperbaharui dan dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk mencegah limbah yang merusak masuk ke dalam daerah padang rumput. Limbah tersebut seperti limbah industri, limbah air panas, limbah garam, air buangan dari kapal, dan limpasan air. Pada umumnya solusi alternatif tersebut diantaranya termasuk pemilihan lokasi pipa pembuangan.

4.  Penangkapan ikan dengan trawl dan kegiatan penangkapan lainnya yang merusak seharusnya dimodifikasi untuk meminimalkan pengaruh buruk terhadap padang lamun selama operasi penangkapan.

5.  Skema-skema pengalihan air yang dapat merubah tingkat salinitas alamiah harus dipertimbangkan akibatnya terhadap komunitas padang lamun dan biota-biota yang berasosiasi dengannya. Pengaturan yang tepat terhadap jadwal pelepasan air dapat menjaga tingkat salinitas dalam kisaran yang diinginkan.

6.   Lakukan tindakan untuk mencegah tumpahan minyak mencemari komunitas padang lamun. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pengukuran, program monitoring dan rencana untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya tumpahan minyak.

7.      Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan sumberdaya padang lamun, sebelum berbagai jenis proyek dan aktifitas dilakukan di lokasi tersebut.

8.     Rekonstruksi padang lamun di perairan dekat tempat yang sebelumnya ada di padang lamun, atau membangun padang lamun baru dilokasi yang tidak ada lamunnya untuk mengganti lamun alami di suatu tempat.

Ekosistem Estuaria
a. Permasalahan
           Tingginya tingkat pemanfaatan di daerah estuaria menimbulkan berbagai dampak lingkungan seperti hilangnya sumberdaya estuaria. Pengembangan sumberdaya estuaria yang dilakukan secara tidak terencana telah mengakibatkan berbagai dampak baik yang berlangsung dalam waktu yang singkat maupun dalam jangka lama, seperti kerugian ekonomi (Opportinity Cost).
Salah satu penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem estuaria adalah akibat penggunaannya sebagai daerah pembuangan limbah secara terus menerus. Disamping terjadinya kematian ikan secara tiba-tiba dan berbagai efek dramatis lainnya, pencemaran juga menyebabkan degradasi yang terus menerus  yang kemudian diikuti oleh hilangnya ikan dan kerang-kerangan atau menurunnya daya dukung dari ekosistem (carrying capacity). Sebagai bahan pencemar tersebut adalah bahan-bahan kimia dan organik. Zat-zat ini menyebabkan lingkungan menjadi tidak bersahabat, sehingga ikan-ikan berpindah dan menghambat reproduksi kerang-kerangan atau dengan kata lain memutuskan mata rantai makanan.

            Meningkatnya penggunaan perairan sebagai sarana pengangkutan minyak, bahan-bahan kimia dan berbagai bahan beracun lainnya, baik melalui kapal, bargas jaringan pipa penyaluran, ataupun kereta api menimbulkan ancaman terhadap ekosistem ini. Fenomena ini sangat jelas terlihat pada estuaria dan laguna yang mempunyai arus lemah/lambat.
Masalah utama lainnya yang dapat meningkatkan ancaman terhadap kelestarian ekosistem ini adalah berkurangnya dan atau terjadinya pembelokkan aliran sungai di hulu. Ketika terjadi perubahan beberapa daerah aliran sunga (DAS) perairan pesisir, pola arus ikut bertambah pula, akibatnya estuaria akan terbebani air tawar. Hal ini tidak saja mengganggu ekosistem, tetapi juga meningkatkan tingkat bahaya banjir. Daerah estuaria yang paling tertutup (terutama laguna) memerlukan perlindungan yang maksimal, berupa adanya daerah penyangga di bagian hulu; pengendalian aliran limbah dan saluran drainase; penanggulangan longsor, dan biosida dari daratan; pembatasan lokasi industri dan lain sebagainya.
        Selain itu, kebanyakan organisme estuaria merupakan organisme yang rentan. Hal ini disebabkan organisme estuaria banyak yang hidup di dekat batas-batas toleransinya. Sehingga apabila terjadi perubahan faktor-faktor lingkungan di perairan estuaria seperti suhu, salinitas dan oksigen akan sangat mengganggu organisme tersebut.
            Di beberapa daerah kondisi estuaria sudah sangat mengkhawatirkan, terutama pada daerah-daerah industri, perkotaan atau padat penduduk hal ini berarti telah mengancam  keberlanjutan ekosistem estuaria dalam menopang kehidupan manusia dan pembangunan. Beberapa kerusakan ekosistem estuaria tersebut adalah terjadinya sedimentasi yang berlebihan, perubahan pola aliran dan regim salinitas, pencemaran ataupun over ekploitasi sumberdaya alam.

b. Pedoman Pengelolaan
       Ekosistem estuaria memiliki kemampuan pemeliharaan dan pemulihan secara alami yang luar biasa (misalnya setelah mengalami gangguan), bila karakter dasar habitat yang menyokong formasi ekosistem tersebut terpelihara. Namun demikian, ekosistem estuaria dihadapkan pada kondisi yang cukup riskan oleh faktor-faktor yang secara permanen mempengaruhinya seperti salinitas, suhu dan siklus nutrien.konservasi terhadap ekosistem tersebut dan sumberdaya yang ada di dalamnya dapat dicapai dengan mencegah terjadinya perubahan-perubahan yang mencolok pada faktor-faktor yang telah disebutkan. Hal yang terpenting untuk diketahui adalah adanya kekuatan lain di luar ekosistem estuaria yang dapat mempengaruhi faktor-faktor tersebut seperti kegiatan-kegiatan pertanian di lahan atas dan perubahan aliran sungai (DAS). Karena itu, konservasi terhadap ekosistem estuaria dan pemanfaatannya sangat tergantung pada perencanaan dan pengeloaan secara terpadu yang mencakup daerah hulu. Berdasarkan pemikiran di atas, pedoman berikut dapat dijadikan syarat minimal dalam pemeliharaan dan kelangsungan laguna dan ekosistem estuaria dan pemanfaatan tingkat tinggi adalah :
1. Penerapan teknologi secara maksimal dari pengolahan limbah baik untuk limbah industri maupun limbah industri yang dibuang ke dalam laguna dan perairan estuaria. Bentuk geografis dari laguna dan estuaria menyebabkan sirkulasi air yang terbatas sehingga mudah tercemari oleh limbah industri. Melalui penerapan teknologi, hampir semua jenis limbah domestik maupun industri dapat diolah secara efektif. Oleh karena itu, tidak dibenarkan adanya kendala teknik yang membolehkan ketiadaan pengolah limbah tersebut. Alternatif pemecahann lainnya, yaitu limbah sesekali dipompa ke perairan lepas pantai dan disebarkan secara aman ke perairan samudera yang lebih dalam. Kedua cara tersebut sangat mahal dan karenanya membutuhkan pengorbanan yang cukup besar, tetapi hampir pada semua kasus, biaya yang dibutuhkan dapat dibenarkan dalam perhitungan jangka panjang.
2. Fasilitas industri yang berpotensi tinggi mengganggu ekosistem estuaria dan laguna, mestinya dijauhkan dari daerah tersebut. Industri-industri dengan keluaran limbah cukup tinggi seperti pembangkit linstrik (power plant) yang membutuhkan air sangat banyak dari estuaria, industri kimia yang mempunyai limbah toksik berbahaya dan pangkalan minyak seharusnya tidak berlokasi di estuaria yang lebih sempit dan memiliki sirkulasi air yang kurang baik. Bila tidak ada alternatif lain dan jika tetap didirikan di daerah estuaria, industri-industri tersebut akan membutuhkan fasilitas pengolahan limbah yang ekstensif.
 3. Dibutuhkan pemeriksaan terhadap limpasan air akibat hujan lebat dan sumber-simber polusi lainnya. Hujan lebat terkadang lebih bersifat polutan daripada limbah selama 25 mm pertama setiap hujan turun. Sumber-sumber polusi tersebar yang mempengaruhi laguna dan estuaria adalah septik tank, tempat pembuangan sampah rumah  tangga, dan tempat pembuangan sampah dan minyak dari kapal. Sumber-sumber tersebut mungkin menyebabkan eutrofikasi yang serius dimana polutan terkonsentrasi di badan perairan estuaria yang sifatnya tertutup pengendapan, pengolahan atau pemompaan ke perairan lepas merupakan alternatif pemecahan yang mungkin dilakukan.
4. Menghindari terhambatnya sirkulasi air. Bangunan yang didirikan di laguna dan estuaria seperti dermaga, dok, konstruksi jembatan harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran air. Sedangkan pemecahannya adalah menghindarkan lokasi bangunan pada titik kritis di daerah estuaria dimana aliran arus yang terpenting dapat dipengaruhi, atau bila bangunan tetap didirikan di lokasi estuaria, bangunan tersebut harus diangkat pada pilar atau tidak dibangun pada tempat yang dipadatkan.
5. Berhati-hati dalam penggalian atau pembuangan hasil pengerukan. Seleksi lokasi untuk pembuangan atau penyimpanan hasil kerukan untuk menghindari efek negarif di daerah habitat penting seperti padang lamun, terumbu karang, habitat bivalva dan habitat dasar yang produktif. Waktu dan penggalian harus dikontrol untuk mengurangi tersebarnya bahan galian ke dalam daerah produktif.


Sumber : Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu, Rokhmin Dahuri dkk, Pradnya Paramita, Jakarta 1996