Senin, 07 Maret 2016

JADILAH EMBUN

Saya selalu yakin dan percaya bahwa alam ini bukan hanya terdiri atas trilyunan atom, tapi ada fenomena lain yang menjadi latar cerita dari tarian akbar jagad semesta. inilah pelajaran yang seharusnya mampu kita petik dari setiap alur gerak pada panggung mayapada.

Aku sampai saat ini begitu terpana dengan setiap skenario Tuhan pada setiap entitas di sekitarku, bahkan di dalam diriku. bagaimana tidak, hanya pada setetes embun kita dapat mereguk hikmah tentang ajaran kecintaan yang sungguh teramat tulus. kebeningannya seakan-akan sedang menertawakan berbagai ungkapan cinta manusia yang kebanyakan masih dibumbui oleh berbagai macam kotoran yang yang justeru mengurangi kadar kesucian cinta yang sedang mereka suguhkan.

Embun tidak pernah menyematkan identitasnya tentang jenis air apakah ia sebelumnya, proses yang dilaluinya telah membuatnya melepaskan sekat-sekat yang membuat dia berbeda dengan air lainnya. padahal bisa jadi sebelumnya setetes embun itu berasal dari danau-danau yang terletak di kaki gunung, dari mata air yang menyembul keluar dari balik-balik bukit, atau bahkan dari samudera yang terhampar begitu luas. mereka kemudian melepaskan jubah-jubah kesombongannya atas nama sekte-sekte pada air dan kemudian melebur dalam kemurnian air yang sesungguhnya di saat hari mulai menampakkan cahaya di pagi hari.

Bukankah itu ajaran yang teramat agung yang patut kita teguk?. saat ini kebanyakan manusia terlalu sibuk menegaskan identitas mereka kepada alam, identitas yang membuat mereka enggan untuk memberikan kehidupan kepada orang lain yang sedang sekarat dalam kesulitan yang tak pernah mereka mimpikan. Identitas yang membentuk sekte-sekte dan aksesoris-aksesoris sosial yang mereka anggap sebagai cara untuk menentukan nilai kehormatan seseorang dihadapan yang lainnya.

Padahal nilai kemanusiaan seseorang tidak pernah mengenal sekte-sekte itu sebagaimana embun tidak pernah menegaskan sekte-sektenya yang berasal dari balik bukit, kaki gunung atau hamparan samudera.

bisakah kita hidup dalam ketulusan? sekali lagi bukalah jendela anda di pagi hari, tengoklah pada rerumputan yang menghampar hijau dan mari kita belajar pada setitik embun di sana.

Makassaar, 8-3-2016

~.Abdul A. Siolimbona.~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar