Rabu, 16 Maret 2016

LENTERA AQAL

Manusia adalah makhluk yang multidimensi, Memiliki berbagai kecenderungan dalam dirinya. Terkadang ia bergerak mengikuti kecenderungan egonya dan tak jarang pula yang mengikuti kehendak aqalnya.
Layaknya bumi dan langit yang menjadi simbol Alam, maka seperti itulah manusia. Bumi di saat malam menjadi gelap gulita, maka muncullah bulan untuk menjadi petunjuk bagi penghuni bumi baik di darat maupun di laut. Di saat siang berganti matahari datang untuk menjadi penerang bagi setiap jengkal tanah yang disinarinya, memberikan energi dan kehidupan untuk semua makhluk di muka bumi.
Begitupun aqal sebagai simbol langit pada diri manusia yang menjadi penuntun dalam setiap langkah hidupnya, sedangkan egonya sebagai simbol bumi yang melambangkan kegelapan. Selama manusia menjadikan aqalnya sebagai penerang maka ia tak akan pernah tersesat meski berpuluh-puluh tahun ia menapaki jalan hidupnya, sebaliknya jika manusia hanya memperturutkan egonya maka ia akan tersesat atau bahkan tidak mengalami kemajuan dalam proses hidupnya sehingga tak jarang kita mendapati seseorang akan tetap berada pada kondisi jiwanya seperti berpuluh-puluh tahun yang lalu saat ia masih kecil atau belum ber-aqil baligh, sehingga jiwanya masih kekanak-kanakan dan cenderung melakukan sesuatu diluar aqal sehat.
Manusia-manusia yang menjadikan aqal sebagai penuntun hidupnya kualitas jiwanya akan semakin meningkat hari demi hari sehingga terkadang kualitas jiwanya melebihi kualitas fisiknya, fisiknya masih muda tapi jiwanya sudah matang dan hidup dalam kebijaksanaan. Sedangkan manusia-manusia yang menjadikan egonya sebagai panglimanya meskipun fisiknya sudah tua tapi jiwanya masih kerdil, sekali lagi masih kekanak-kanakan. Karena kualitas seseorang diukur dari kualitas jiwanya dan kualitas jiwa berbanding lurus dengan kualitas aqal maka semakin kuat nyala lentera aqalnya semakin berkualitas hidupnya.
Maka tak heran kita disuruh menuntut ilmu tanpa henti hingga kita masuk ke liang lahat. Agar kita mampu menerangi dunia dengan cahaya aqal.

Makassar, 02-02-2016

~.A. A. Siolimbona.~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar