Senin, 07 Maret 2016

NOTHING is USELESS

Segala sesuatu tidak ada yang diciptakan sia-sia. Segala entitas di muka bumi ini sejatinya keberadaannya memiliki maksud dan tujuan tertentu, bahkan sebiji gandum yang jatuh di tengah pematang sawah telah siap dimakan oleh makhluk pemakan biji-bijian yang hidup disekitar sawah tersebut.
"Tuhan tidak sedang bermain dadu", itulah kalimat yang sering dipakai sebagai antitesis terhadap teori "kebetulan" pada proses penciptaan Alam Semesta. Sehingga berdasarkan Teori ini segala sesuatu sudah diskenariokan, sudah disetting, sudah diatur.
Sesungguhnya upaya pengesahan LGBT adalah sikap yang menunjukkan masih adanya "fallacy" yang dialami oleh para 'Ilmuan Barat'. Mereka masih mabuk oleh Teori 'Bigbang' yang mengajarkan mereka bahwa bumi ada karena tabrakan benda-benda angkasa secara kebetulan, sehingga hal inilah yang membuat mereka keukeuh bahwa apa yang ada di alam ini bisa diutak-atik sekehendak hati, selanjutnya pada ranah sosiologis mereka menganggap "penyimpangan sex", " adalah fenomena yang sama sekali tidak memiliki dampak apa-apa terhadap kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Padahal manusia dengan segala organ yang dimiliki terdapat kebutuhan antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin yang lain. Sel ovum membutuhkan sel telur untuk dibuahi. Rahim diberikan karena kebutuhan perkembangan janin, begitupun payudara yang menjadi sumber makanan bagi sang calon anak. Beberapa hal yang dimilik perempuan tersebut tidak dimilik oleh laki-laki, namun lelaki diberikan segenap kelebihan secara fisik agar bisa memberikan perlindungan terhadap perempuan dari gangguan keamanan demi keberlanjutan kehidupan janin di dalam rahim.
Secara psikologis sifat-sifat maskulin pada lelaki butuh penyeimbang yakni sifat-sifat feminim yang ada pada perempuan. Tuhan mendesain seperti itu agar terjalin rasa saling membutuhkan dan kemudian terjadi keseimbangan di muka bumi, dalam ajaran tao, jika terjadi keseimbangan antara yin dan yan akan terwujudlah Tao (keadilan).
Mewabahnya LGBT jelas akan mengancam umat manusia. Angka kelahiran akan menurun drastis sementara di sisi lain peperangan terus berkecamuk. Wabah penyakit terus meningkat sementara kelahiran menurun akibat sperma sudah bukan lagi menemukan rahim tapi anus, tempat feses akan keluar. Bahkan ada yang tidak bisa menghasilkan sperma untuk membuahi sel telur karena hubungan biologis bukan melibatkan Tono dan Tini tapi Tini dan Tiwi.
Poligami yang menjaga keberlanjutan regenerasi umat manusia dikecam, namun penyimpangan seksual dikampanyekan. Tanya kenapa?

Malino, 16-02-2016

.~Abdul A. Siolimbona.~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar